Langsung ke konten utama

Unggulan

Ada Cerita di Balik Senja




Senja,
Hari ini aku membuka kotak itu. Dan hasilnya masih sama. Kosong. Tapi tidak apa-apa, karena masih ada hari esok. Dan tentunya ada kau di sini. Bagaimana kabarmu? Kau sungguh terlihat cantik hari ini, seperti biasa. Kau sungguh beruntung mempunyai mereka yang selalu setia di sisimu. Aku pun berharap bisa sepertimu dengannya. Ya sudah, hanya itu yang bisa aku ceritakan kepadamu hari ini.

Seperti biasa, aku lipat kertas itu sehingga menyerupai sebuah perahu. Aku hanyutkan ke dalam deburan ombak saat menyentuh bibir pantai. Meskipun sudah aku ceritakan kepada senja, surat ini akan menjadi bukti kesetiaanku kepadanya. Pasir yang basah dan batu karang pun menjadi saksi ceritaku yang kucurahkan kepada senja. Aku pulang dengan senyum yang mengembang. Hari ini cerita yang kubawa untuk senja sudah tak tersisa lagi. Tinggalah menunggu esok. Dan aku tidak tahu. Apakah cerita hari ini akan terulang lagi atau sama sekali berbeda seperti yang aku harapkan. Setiap kali kuhanyutkan suratku untuk senja, bebanku menjadi ringan. Tidak ada lagi yang terasa mengganjal di hati.

Sesampainya di rumah, aku membersihkan sisa-sisa pasir yang masih menempel di jari-jari dan punggung kaki. Bau pasir basah itu selalu melayangkan kenanganku dengannya. Oleh sebab itu, setiap kali aku pulang dari pantai, aku merasakan aroma tubuhnya. Dia berada di sampingku. Tiada momen yang paling indah, kecuali saat dia berada di sampingku. Wajahnya yang teduh mampu membuatku tenang. Senyumnya yang manis mampu menyejukkan hati. Dan kedua mata beningnya seperti ada ikan-ikan yang menari di dalamnya mampu membinarkan nurani ini.

Malam ini aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan komputerku. Tidak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat. Seketika jari-jariku berhenti mengetik karena mendengar suara yang tidak asing bagiku. Suara yang selalu aku dengar di pagi, siang, sore, dan malam hari. Akhirnya pintu kamarku berderit. Munculah wajah teduhnya dari balik pintu. Senyumnya yang sangat kukenal dan mata beningya itu seperti dapat kulihat ikan-ikan sedang bermain dengan asyiknya. Setelah lama menunggu kabar darinya, akhirnya dia datang menemuiku. Dia menepati janjinya. Aku senang sekali. Ketika kutatap matanya yang berbinar, semua yang ada di dalam ruangan seperti ikut berbinar menyambut kala itu.
“Senja, aku menunggu kabar darimu. Mengapa kamu tidak sempatkan waktu sejenak untuk membalas surat dariku? Apakah kamu sudah mulai melupakanku? Tetapi dengan kedatanganmu malam ini, aku yakin dengan janjimu. Kita akan bertemu dan bersama-sama lagi,” tanyaku padanya.
Aku pandangi wajah teduhnya, hanya ada senyum manis dan kedua mata yang berbinar. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibirnya. Aku tahu, dia terlampau bahagia saat itu. Kucurahkan semua rasa kangenku kepadanya. Aku ceritakan pula tentang kebiasaanku bercerita kepada senja di pantai. Bercerita mengenai kabar yang aku tunggu-tunggu darinya. Tentang suratku yang tak dibalasnya sampai saat itu juga. Dia pun hanya tersenyum sambil menatap kedua mataku.
“Senja, mengapa kamu tidak memberi kabar akan datang ke sini? Kalau begitu aku bisa mempersiapkan kedatanganmu. Atau kamu ingin memberi aku kejutan? Kamu memang selalu membuatku senang. Aku kagum dengan sikapmu yang sederhana, tidak berlebihan, tetapi begitu berharga dan benderang di mata dan batinku. Aku senang kamu kembali. Besok pagi akan aku ajak kau menikmati senja. Akan aku kenalkan kau kepada senja. Senja yang selama ini aku jadikan tempat untuk mengadu ceritaku tentangmu. Tentang keberadaanmu yang jauh di sana. Kepada senja pula aku tulis ceritaku tentangmu di secarik kertas yang kuhanyutkan lewat deburan ombak yang menyentuh bibir pantai,” ucapku padanya.
“Bagaimana ceritaku, Senja? Seperti inilah aku saat kau jauh di sana. Hanya berteman dengan senja, deburan ombak, pasir yang basah, batu karang, burung-burung, bahkan siluet perahu yang berlayar dari kejauhan, serta cahaya kemerahan yang seolah menyatu dengan air laut. Begitu indah, seperti halnya bersama kau saat ini,” sambungku dengan nada yang ringan.
Setelah aku bercerita banyak kepadanya, dia hanya menanggapi dengan senyuman dan sesekali tertawa kecil. Saat itu juga, tiba-tiba aku dikagetkan dengan suara alarm yang berbunyi nyaring tepat di sebelah telingaku. Aku terbangun dari meja dengan tangan kanan masih menggenggam mouse. Aku tertidur semalam. Ke manakah mata yang berbinar itu? Wajah yang teduh dan senyum yang manis? Sampai aku tersadar, ternyata dia datang dalam mimpiku semalam.
“Senja, mengapa tidak ada kabar darimu sampai hari ini?” ucapku dalam hati.

Setelah lama menunggu senja, aku pun bergegas menuju pantai. Di sana sudah ramai dengan mereka yang setia kepada senja. Aku keluarkan secarik kertas dari tas kecil yang kubawa dari rumah.

Senja,
Hari ini aku membuka kotak itu lagi. Dan hasilnya masih sama. Kosong. Tapi tidak apa-apa, karena masih ada hari esok. Dan tentunya ada kau di sini. Bagaimana kabarmu? Semoga selalu bahagia seperti saat ini. Sampai hari ini keadaan masih sama dengan hari-hari sebelumnya. Oh ya, tetapi ada yang berbeda. Aku semalam bertemu dengannya. Dia masih sama, tidak banyak berubah. Dia seperti berada di sampingku saat ini. Namun, itu hanya bayangnya saja. Tidak nyata. Tetapi aku sangat bahagia, karena aroma tubuhnya masih tertinggal hingga saat ini. Dapatkah kau mencium baunya?Aku masih berharap, semoga besok kotak itu tidak lagi kosong. Dan mimpi semalam akan datang menemuiku di dunia nyata. Semoga. Ya sudah, hanya itu cerita hari ini.

Seperti biasa, aku lipat kertas itu sehingga menyerupai sebuah perahu. Aku hanyutkan ke dalam deburan ombak saat menyentuh bibir pantai. Kali ini keadaan masih sama dengan sebelumnya. Dia belum membalas suratku. Aku hanya bisa berprasangka baik kepadanya. Mungkin hanya dengan cara itu agar bisa membuat segala keadaan menjadi baik. Saat berjalan menyusuri bibir pantai, bau pasir yang basah melayangkan kembali kenangan itu. Dan kali ini, aku mendengar tawanya lepas. Suaranya begitu renyah dan enteng. Suara itu makin jelas. Jelas sekali. Suara itu seperti ada tepat di belakangku. Tetapi, aku lanjutkan langkah kakiku, karena aku yakin suara itu tidak lebih dari angan-anganku saja.
Tidak lama kemudian, aku merasa seperti ada yang menepuk pundakku dari belakang. Dan suara itu tidak mungkin salah lagi. Dia datang. Dia yang selama ini aku tunggu-tunggu kabar dan kedatangannya. Mimpi itu akhirnya datang di dunia nyataku. Senja, akhirnya kau pulang menemuiku. Kita akan bersama-sama lagi. Aku segera membalikkan badan. Di sana aku temukan wajah teduhnya. Senyum manisnya terlihat jelas menghiasi wajahnya. Dan mata itu. Kedua mata yang seperti ada ikan-ikan bermain di dalamnya. Kedua matanya yang selalu berbinar.
“Hai, aku sudah pulang,” ucapnya dengan nada yang lembut, seperti angin pantai yang berhembus menyapu tubuhku.
“Aku sengaja tidak memberimu kabar. Bagaimana kabarmu selama ini? Selama aku tidak membalas surat-suratmu. Maafkan aku, karena tidak sempat membalas surat darimu,” tanyanya kepadaku.
“Setelah lama menunggu, akhirnya kamu pun pulang. Aku senang kau pulang. Dan kamu menepati janji itu,” jawabku singkat kepadanya.
Aku dekap tubuhnya. Aku rasakan aromanya yang selama ini hanya datang sebagai bayangan, tidak lebih dari itu. Dan aku benar-benar merasakan aroma itu. Kali ini bukan lagi bayangan atau anganku saja. Ini nyata. Akhirnya dia datang dan berada di dalam dekapanku. Senja, aku tidak bisa berkata apa pun saat ini kepadamu. Hanya kebahagiaan yang aku rasakan.

Keesokkan harinya aku pergi ke pantai. Aku ambil secarik kertas, dan kutuliskan ceritaku kepada senja. Di bibir pantai aku pun duduk diam dan menulis.

Senja,
Hari ini aku membuka kotak itu lagi. Dan kotak itu tak lagi kosong, karena di dalamnya ada sebuah amplop. Tidak salah lagi. Surat balasan darinya akhirnya datang. Tapi, surat itu terlihat usang. Sangat usang. Kotak surat di depan rumahku pun tak kalah usang. Tahukah kau senja? Aku baru menyadari surat itu adalah balasan darinya dulu. Surat balasan darinya yang aku letakkan kembali di dalam kotak surat itu setelah kubaca. Dan satu lagi, kemarin hanyalah bayangnya saja yang kudekap erat. Tidak lebih.
Ya sudah, sekarang hanya ada kau, senja. Dan tentunya Senja yang selalu menjelma menjadi sebuah bayangan. Senja yang selalu ada di nuraniku. Senja yang memiliki wajah teduh, senyum yang teramat manis, dan kedua mata yang selalu berbinar. Senja, kekasihku.

Komentar